loading…
Influencer Tasya Farasya tengah menjalani proses perceraian dari suaminya, Ahmad Assegaf, di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Dalam gugatan cerai tersebut, Tasya menuntut nafkah sebesar Rp100, yang dianggapnya sebagai simbol dari ketidakpuasannya dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
Menurut kuasa hukumnya, M. Fattah Riphat, nilai tuntutan yang terkesan minimalis ini justru menyimpan makna yang dalam. Hal ini menggambarkan kekecewaan Tasya atas ketidakadilan yang dirasakannya selama pernikahan mereka.
Angka Rp100 dipilih sebagai simbol dari minimnya perhatian dan tanggung jawab yang seharusnya diberikan oleh Ahmad selama mereka bersama. Fattah menjelaskan, “Selama ini, Ibu Tasya merasa tidak pernah mendapatkan nafkah sepadan dari suaminya.”
Tuntutan Nafkah Simbolis dalam Proses Perceraian
Dalam gugatan cerai yang diajukan, Tasya ingin menegaskan bahwa tuntutan nafkah ini bukanlah untuk kepentingan pribadi semata. Melainkan, ia berharap Ahmad dapat mengambil tanggung jawab, terutama terhadap anak-anak mereka.
Walaupun jumlah nafkah yang diminta sangat kecil, harapannya adalah agar hal ini menjadi motivasi bagi Ahmad untuk lebih bertanggung jawab pasca perceraian. Fattah menambahkan, “Kami berharap ini menjadi simbol keseriusan Ahmad dalam memenuhi kewajibannya.”
Ketidakpuasan atas kurangnya nafkah juga menjadi salah satu alasan di balik keputusan Tasya untuk mengakhiri pernikahannya. Situasi seperti ini tentu memicu pertanyaan mengenai komitmen dan tanggung jawab di dalam rumah tangga.
Imbas Tuntutan Nafkah Terhadap Dinamika Keluarga
Tuntutan nafkah yang diajukan Tasya berpotensi mempengaruhi hubungan mereka pasca perceraian. Apakah Ahmad akan menerima dengan lapang dada atau sebaliknya? Ini adalah pertanyaan yang menggantung di udara seiring proses hukum yang berlangsung.
Tasya juga berusaha menunjukkan bahwa menjalani kehidupan sebagai ibu tunggal bukanlah hal yang mudah. Namun, dengan adanya tuntutan tersebut, ia ingin memastikan bahwa anak-anak mereka tetap mendapatkan dukungan yang layak. Kesejahteraan anak adalah prioritas utama bagi Tasya, meskipun situasi pernikahan mereka tidak ideal.
Dalam konteks ini, tuntutan nafkah simbolis menjadi cara bagi Tasya untuk menegaskan pandangannya mengenai tanggung jawab orang tua. Ia ingin Ahmad merasa berkewajiban untuk mendukung anak-anak mereka, bahkan setelah perpisahan.
Pengaruh Media Sosial dalam Proses Perceraian Ini
Seperti kebanyakan influencer, Tasya Farasya juga memanfaatkan platform media sosialnya untuk berbagi perjalanan hidupnya. Proses perceraian ini tentunya menjadi sorotan publik, mengingat popularitasnya di dunia maya.
Media sosial berfungsi ganda sebagai papan informasi dan tempat berbagi emosi. Di satu sisi, ia dapat memberikan dukungan dari penggemar, namun di sisi lain juga bisa menjadi arena kritik. Sejumlah netizen menyampaikan pendapat mereka terkait tuntutan nafkah Tasya, baik positif maupun negatif.
Penting bagi Tasya untuk memahami bahwa pandangan masyarakat bisa beragam. Dia perlu konsisten dalam sikapnya dan tetap fokus pada tujuan utamanya: memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya meskipun berada dalam situasi sulit.