Cyberlife · December 8, 2024 0

Elon Musk Sebut Singapura Bakal ‘Punah’ Picu Pro dan Kontra

Bos X Elon Musk berkata bahwa Singapura dan beberapa negara lainnya akan mengalami ‘kepunahan’. Ini dikarenakan tingkat fertilitas yang menurun pada negara-negara tertentu.
Komentar ini dia lontarkan ketika membalas komentar dari Mario Nawfal (influencer di X) yang mengatakan Singapura mengalami krisis bayi. Dia mereferensi data yang dipaparkan oleh Newsweek.

“KRISIS BAYI DI SINGAPURA: AKANKAH ROBOT MENYELAMATKAN?” begitu bunyi pembuka tweet Nawfal.

Disebutkan, bahwa angka kelahiran di Singapura telah mencapai titik terendah yakni hanya 0,97 anak per perempuan. Angka ini jauh di bawah 2,1 yang dibutuhkan untuk menopang populasi.

“Pada tahun 2030, hampir 1 dari 4 warga Singapura akan berusia di atas 65 tahun, dan rasio dukungan telah anjlok menjadi 4 pekerja dewasa per lansia. Pada tahun 2014, rasionya adalah 6,” lanjutnya.

Lebih lanjut, kata Nawfal, pemerintah Singapura meminta lebih banyak penyerapan tenaga kerja untuk orang tua dan mencoba untuk beralih ke pemakaian robot. Singapura diketahui merupakan negara dengan densitas robot terbanyak kedua di dunia.

Kemudian, tweet ini dibalas oleh Elon Musk dengan satu kalimat singkat. ‘Singapore (and many other countries) are going extinct (Singapura (dan banyak negara lainnya) sedang menuju kepunahan),’ tulis pendiri SpaceX dan Tesla tersebut.

Pendapat Musk itu mendapatkan beragam komentar dari netizen di seluruh penjuru dunia.

“Orang-orang hanya bertahan hidup. Orang-orang butuh lebih banyak modal agar merasa nyaman untuk memulai sebuah keluarga,” pendapat @nilgirian.

“Angka kelahiran di mana-mana tampaknya menurun. Gila!” seru @CoffeeNGrit.

“Sudah ada robot di bandara. Dorong kaum muda untuk punya anak. (Beri) insentif untuk keluarga,” usul @JamesPGoddard90.

Proporsi penduduk Singapura berusia 15 tahun ke atas yang berpartisipasi dalam angkatan kerja mengalami sedikit penurunan. Angkanya menjadi 68,2% pada tahun ini. Itu turun dari 68,6% pada tahun 2023, menurut laporan terbaru dari Kementerian Tenaga Kerja (MOM) negara tersebut. Para pejabat mengaitkan penurunan tersebut dengan meningkatnya jumlah lansia.

“Meskipun tingkat partisipasi angkatan kerja tetap tinggi, angka tersebut telah menurun selama tiga tahun berturut-turut karena meningkatnya proporsi lansia,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan pada tanggal 28 November.

“Seiring bertambahnya usia angkatan kerja, upaya berkelanjutan untuk meningkatkan ketenagakerjaan dan kemampuan kerja pekerja lansia menjadi lebih penting dari sebelumnya,” sambungnya.